Daftar di PayPal, lalu mulai terima pembayaran menggunakan kartu kredit secara instan.

Rabu, Juli 22, 2009

Upgrade

Pernahkan anda melihat orang yang berbadan gemuk tapi lincah bergerak? Aku punya teman seperti itu. Gemuk, tingginya 172 cm, gerakannya lincah, selalu jogging di pagi hari atau sore jika hari libur. Makannya? Wow jangan ditanya, semua dilahap tanpa pantangan. Bagaimana dengan perilakunya? Pergaulannya? Setahuku Orangnya baik. Isterinya juga dikenal baik dan ramah oleh para tetangga.

Tapi apakah semua orang sifatnya sama dengan orang yang kuceritakan tadi? Baik hati, suka menolong dan sifat positif lainnya.

Badan besar belum tentu berjiwa atau berhati besar. Tapi logikanya orang besar pasti di dalam tubuhnya seandainya dibedah kelihatan dia punya hati yang besar. Ya memang, tapi mungkin bukan itu yang dimaksud. Perasaan yang ada di dalam hati tersebut itu yang ingin kuceritakan. Perasaan dengki, iri hati, sombong dan lain – lain itu semua ada di dalam hati. Atau perasaan sayang, cinta, iba, belas kasih dan lain-lain itu juga ada di dalam hati. Diri kita lah sebagai pengelola perasaan yang ada di hati tersebut, apakah ingin jadi baik atau sebaliknya. Atawa lingkungan juga bisa membentuk isi hati untuk menjadi apapun sesuai lingkungan yang mempengaruhinya. Seseorang yang selalu bergaul dengan orang alim ulama, berilmu, tentu sedikit banyak akan mempengaruhi dirinya untuk berbuat baik demikian juga sebaliknya tidak mungkin seseorang akan terpengaruh menjadi orang yang baik jika bergaul dengan orang selalu berbuat maksiat, pemabuk dan hal-hal lain yang berbau negatif.

Kembali ke cerita hati atau jiwa besar, siapkan anda dikritik orang lain? Dengan jiwa besarkah anda menerima kritikan tersebut? Atau seandainya disuruh memilih, apakah anda ingin jadi pengkritik atau penerima kritikan?

Orang yang berhati besar ataupun berjiwa besar adalah orang yang siap menerima kritikan bahkan meminta orang lain untuk menegurnya apabila tersandung dalam hal yang negatif bahkan minta dikritik. Dan seandainya dia harus mengkritik orang lain, dia akan sampaikan dengan bahasa yang santun dan terkadang kesantunannya tidak dapat dicerna oleh orang yang berjiwa kerdil.

Mengkritik orang memang gampang tapi gampangkah kita menerima kritikan?

Tubuh manusia adalah komputer yang paling canggih di dunia ini, otak diibaratkan hardisk yang punya kapasitas besar tidak terhingga, teguran/kritikan orang terhadap kita diibaratkan software baru yang menawarkan diri untuk meng-upgrade software kita yang sudah usang agar menjadi lebih baik.

Ketika kita membuka internet, ada penawaran upgrade untuk satu software tertentu atau ketika kita berjumpa teman yang menawarkan satu software yang bisa mengupgrade komputer kita secara gratis, tentu dengan girang kita terima, dicoba dan ingin melihat hasilnya.

Tapi kenapa ketika ada kritikan dari orang lain yang bertujuan ingin merubah sifat kita untuk menjadi lebih baik, koq kita marah? Bukankah sebenarnya mereka ingin memberikan software terbaru untuk meng-upgrade komputer canggih di tubuh kita untuk jadi lebih baik?

Orang yang berjiwa besar akan selalu siap menerima tugas apapun yang diberikan karena itu adalah bentuk kepercayaan terhadap diri kita dan bukanlah suatu hukuman dan kita tidak akan tersiksa menjalankannya.

Sepertinya gampang diucapkan, pelaksanaannya? hmm....


Ada kutipan dari situs “tetangga” : Kata orang bijak, “Orang (berjiwa/berhati) besar itu tampak keagungannya dari cara dia memperlakukan yang kecil.” Orang kecil boleh berarti orang (pihak) yang lemah, orang yang kerdil jiwanya, orang yang bodoh dan orang yang rendah prilaku dan kepribadiannya.

Tidak ada komentar: