Istilah Investasi sering kita dengar dan baca, yang artinya kira2 adalah pengorbanan yang dilakukan di masa sekarang dengan harapan mendapat hasil yang baik di masa mendatang.
Berdekatan dengan rumahku ada sepasang suami isteri yang terkesan orang biasa seperti orang kebanyakan. Punya 2 anak yang sudah besar dan salah satu putrinya sekarang sedang duduk di bangku kuliah. Bagiku pribadi mereka sosok yang istimewa karena mempunyai 7 unit rumah tersebar di seluruh Batam yang disewakan, yang hasilnya dijadikan biaya kuliah anak-anak mereka. Ya... ini investasi yang patut ditiru.
Aku tidak punya apa2 yang bisa dibanggakan, hanya 1 isteri dan 4 anak kesayangan. Harta tidaklah banyak, rumah apalagi. Rumah dinas sih ada...Alhamdulillah. Pendidikan bagi anak2 adalah hal sangat penting bagiku dan asuransi pendidikan agar mereka bisa melanjutkan sekolah lebih tinggi. Menurutku ini investasi yang wajar dan orang2 banyak melakukannnya.
Pemilu Legislatif tanggal 9 April 2009 baru saja berlalu. Meski belum ada keputusan Komisi Pemilihan Umum atau KPU siapa yang bakal jadi pemenang, namun dari hasil Quick Count, sudah dapat direka-reka siapa yang bakal jadi pemenang. Ada pihak yang tersenyum karena perolehan suaranya sesuai target. Sementara itu ada pihak yang kecewa karena kalah lalu menggugat dan memboikot Pemilu Presiden mendatang dengan alasan yang beragam seperti adanya intervensi pemerintah terhadap KPU. Dan ada satu pihak yang awalnya ke-pede-an merasa bakal memperoleh suara terbanyak lalu tak mau lagi jadi orang nomor 2, ingin jadi nomor satu juga, kesana kemari cari pendamping tanpa sedikitpun menoleh sang nomor 1. Tetapi apa yang terjadi ketika tahu suaranya anjlok. Mengemis minta kembali lagi dicalonkan jadi pendamping tetapi kayaknya tidak berhasil.
Ada seorang Caleg yang kebetulan tetangga dekat yang kalah pada penghitungan suara pemilu kemarin lalu memusuhi para tetangganya. Aneh memang. Pilihan kita pada seseorang Caleg adalah hak dan bukan kewajiban. Gimana kalau ada 10 orang tetangga kita ikut mencalonkan diri jadi Caleg, apakah harus dicontreng semua?
Ingin mencalonkan diri jadi Caleg bukanlah bisnis kagetan kayak pasar malam. Begitu barang ditebar, dilihat murah, bagus, langsung dibeli. Janganlah begitu anda berfikir ingin jadi caleg, setor uang yang tidak sedikit ke partai, sebar spanduk, cuap2 di sana sini lalu anda berfikir langsung bisa duduk di kursi dewan karena yakin menang. Enak amat..! memangnya Anda siapa? Visi misi Anda Apa? Selama ini Anda dikenal orang gak sih? Budi dan perilaku Anda, bagus gak sih? Ama tetangga dan masyarakat sekitar, apakah Anda sosok pembela? Pengayom? Gak jaminan bisa buat Iklan Kampanye paling besar lalu bisa menang.
Okelah, Anda orang yang paling baik, di lingkungan sekitar Anda dinilai orang yang dikenal, sosok pembela kebenaran, visi misinya bagus dan membuat orang tergiur untuk memilih Anda. Tapi apakah semua itu didukung oleh kondisi keluarga Anda? Suami atau isteri Anda baik gak ama orang? Gimana pula dengan anak-anak Anda dan orang tua Anda? Susah kan?
Saatnya kita mengukur diri pantas tidaknya kita mencalonkan diri jadi seorang anggota dewan yang terhormat. Coba ukur diri anda sesuai kriteria di atas sudah memenuhi syarat apa belum. Kriteria di atas barulah dari sebagian kriteria umum yang kuketahui. Belum lagi kriteria2 lain dari masing2 orang yang tentulah berbeda-beda.
Berapapun uang yang Anda keluarkan untuk jadi Caleg, akan terasa gampang untuk mengembalikan modal tersebut ketika anda berhasil duduk jadi seorang legislatif. Tapi gimana kalau Anda kalah? habislah semua harapan, harta dan belum lagi hutang2 yang tidak bisa dikembalikan. Aku baca di koran malah ada yang bunuh diri, kena serangan stroke, isteri minta cerai.....nah.
Dengar dari teman2 bahwa di tempatku di Batam ada 2 orang caleg kalah yang sedang menenangkan diri di Pesantren.....masih mendingan.
Seandainya Anda berhasil duduk di gedung dewan selama 5 tahun ke depan, kapankah Anda memikirkan rakyat? Karena 2 tahun pertama, Anda harus sedaya upaya mengembalikan modal yang dikeluarkan untuk kampanye kemarin, 2 tahunnya lagi untuk menghidupi Anda pribadi dan partai, sedangkan sisa 1 tahun lagi ditabung untuk modal mencalonkan diri jika ingin jadi caleg lagi. Analisa yang kejam ya...he he..
Aku pernah mendengar obrolan para "pengamat" di kantin sudut "First City Complex - Batam Centre" bahwa umumnya orang yang bernafsu ingin duduk di legislatif adalah mereka para pengusaha yang ingin mendapat "proyek/pekerjaan" di pemerintahan. Wah...mudah2an itu gak benar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka-mereka yang bisa duduk di gedung dewan ataupun pemimpin pemerintahan dan negara sekarang ini adalah mereka yang memetik hasil panen dari apa yang mereka korbankan/investasikan minimal 5 tahun yang lalu. Mereka2 telah menginvestasikan amal perbuatan kepada orang lain di sekitar, bahkan mungkin sebahagian harta juga sedikit terkuras demi lingkungan dan didukung pula oleh kondisi keluarga mereka juga umumnya mempunyai sifat yang disenangi orang. Sehingga masyarakat sekitar memberi simpati dengan memilih mereka untuk jadi pemimpin ataupun wakil rakyat. Jadi, jika Anda ingin dipilih untuk jadi pemimpin atau wakil rakyat pada tahun 2014 mendatang, sekaranglah saatnya Anda mulai menanam investasi dengan menabur benih kebaikan kepada orang2 di sekitar. Berat memang, karena modal yang akan dikeluarkan tidaklah sedikit dan Anda dari sekarang harus mempertahankan semua unsur2 positif diri dan bila perlu ditingkatkan lagi. Dan hasil yang didapat pastilah memuaskan, paling tidak secara langsung atau tidak langsung sebenarnya Anda juga telah berinvestasi untuk akhirat...hmm.
Sekarang ini adalah era-nya bagi pemimpin atau wakil rakyat untuk mengambil hati dan simpati masyarakat. Apapun perbuatan Anda para pemimpin/wakil rakyat akan menjadi penilaian bagi masyarakat untuk memilih Anda. Dan Pemilu adalah sarana bagi masyarakat untuk membalas dendam ataupun balas budi atas perbuatan Anda selama ini.
Bukan maksud untuk membesarkan nama seorang Gubernur Kepulauan Riau yang sekarang menjabat, tapi seharusnya cara investasi kebaikan yang beliau tanam 5 tahun sebelum mencalonkan diri jadi Gubernur bisa ditiru. Dengan kebaikan dan keikhlasannya setiap ada kesempatan, Dia beranjang sana ke daerah2 terpencil walaupun itu di luar wilayah kerja dimana waktu itu Dia menduduki jabatan sebagai ketua Otorita Batam, yang aku tahu Dia tidak pernah memandang satu orangpun sebagai musuh. Makanya ketika ia mencalonkan diri menjadi Gubernur Kepulauan Riau, sebagian besar mendukungnya karena bagi mereka saat inilah bisa membalas kebaikan orang yang selama ini membantu mereka.
Itulah investasi. Apakah Anda sudah berinvestasi? Investasi Apa? Kebaikan atau....?
Ada seorang Caleg yang kebetulan tetangga dekat yang kalah pada penghitungan suara pemilu kemarin lalu memusuhi para tetangganya. Aneh memang. Pilihan kita pada seseorang Caleg adalah hak dan bukan kewajiban. Gimana kalau ada 10 orang tetangga kita ikut mencalonkan diri jadi Caleg, apakah harus dicontreng semua?
Ingin mencalonkan diri jadi Caleg bukanlah bisnis kagetan kayak pasar malam. Begitu barang ditebar, dilihat murah, bagus, langsung dibeli. Janganlah begitu anda berfikir ingin jadi caleg, setor uang yang tidak sedikit ke partai, sebar spanduk, cuap2 di sana sini lalu anda berfikir langsung bisa duduk di kursi dewan karena yakin menang. Enak amat..! memangnya Anda siapa? Visi misi Anda Apa? Selama ini Anda dikenal orang gak sih? Budi dan perilaku Anda, bagus gak sih? Ama tetangga dan masyarakat sekitar, apakah Anda sosok pembela? Pengayom? Gak jaminan bisa buat Iklan Kampanye paling besar lalu bisa menang.
Okelah, Anda orang yang paling baik, di lingkungan sekitar Anda dinilai orang yang dikenal, sosok pembela kebenaran, visi misinya bagus dan membuat orang tergiur untuk memilih Anda. Tapi apakah semua itu didukung oleh kondisi keluarga Anda? Suami atau isteri Anda baik gak ama orang? Gimana pula dengan anak-anak Anda dan orang tua Anda? Susah kan?
Saatnya kita mengukur diri pantas tidaknya kita mencalonkan diri jadi seorang anggota dewan yang terhormat. Coba ukur diri anda sesuai kriteria di atas sudah memenuhi syarat apa belum. Kriteria di atas barulah dari sebagian kriteria umum yang kuketahui. Belum lagi kriteria2 lain dari masing2 orang yang tentulah berbeda-beda.
Berapapun uang yang Anda keluarkan untuk jadi Caleg, akan terasa gampang untuk mengembalikan modal tersebut ketika anda berhasil duduk jadi seorang legislatif. Tapi gimana kalau Anda kalah? habislah semua harapan, harta dan belum lagi hutang2 yang tidak bisa dikembalikan. Aku baca di koran malah ada yang bunuh diri, kena serangan stroke, isteri minta cerai.....nah.
Dengar dari teman2 bahwa di tempatku di Batam ada 2 orang caleg kalah yang sedang menenangkan diri di Pesantren.....masih mendingan.
Seandainya Anda berhasil duduk di gedung dewan selama 5 tahun ke depan, kapankah Anda memikirkan rakyat? Karena 2 tahun pertama, Anda harus sedaya upaya mengembalikan modal yang dikeluarkan untuk kampanye kemarin, 2 tahunnya lagi untuk menghidupi Anda pribadi dan partai, sedangkan sisa 1 tahun lagi ditabung untuk modal mencalonkan diri jika ingin jadi caleg lagi. Analisa yang kejam ya...he he..
Aku pernah mendengar obrolan para "pengamat" di kantin sudut "First City Complex - Batam Centre" bahwa umumnya orang yang bernafsu ingin duduk di legislatif adalah mereka para pengusaha yang ingin mendapat "proyek/pekerjaan" di pemerintahan. Wah...mudah2an itu gak benar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka-mereka yang bisa duduk di gedung dewan ataupun pemimpin pemerintahan dan negara sekarang ini adalah mereka yang memetik hasil panen dari apa yang mereka korbankan/investasikan minimal 5 tahun yang lalu. Mereka2 telah menginvestasikan amal perbuatan kepada orang lain di sekitar, bahkan mungkin sebahagian harta juga sedikit terkuras demi lingkungan dan didukung pula oleh kondisi keluarga mereka juga umumnya mempunyai sifat yang disenangi orang. Sehingga masyarakat sekitar memberi simpati dengan memilih mereka untuk jadi pemimpin ataupun wakil rakyat. Jadi, jika Anda ingin dipilih untuk jadi pemimpin atau wakil rakyat pada tahun 2014 mendatang, sekaranglah saatnya Anda mulai menanam investasi dengan menabur benih kebaikan kepada orang2 di sekitar. Berat memang, karena modal yang akan dikeluarkan tidaklah sedikit dan Anda dari sekarang harus mempertahankan semua unsur2 positif diri dan bila perlu ditingkatkan lagi. Dan hasil yang didapat pastilah memuaskan, paling tidak secara langsung atau tidak langsung sebenarnya Anda juga telah berinvestasi untuk akhirat...hmm.
Sekarang ini adalah era-nya bagi pemimpin atau wakil rakyat untuk mengambil hati dan simpati masyarakat. Apapun perbuatan Anda para pemimpin/wakil rakyat akan menjadi penilaian bagi masyarakat untuk memilih Anda. Dan Pemilu adalah sarana bagi masyarakat untuk membalas dendam ataupun balas budi atas perbuatan Anda selama ini.
Bukan maksud untuk membesarkan nama seorang Gubernur Kepulauan Riau yang sekarang menjabat, tapi seharusnya cara investasi kebaikan yang beliau tanam 5 tahun sebelum mencalonkan diri jadi Gubernur bisa ditiru. Dengan kebaikan dan keikhlasannya setiap ada kesempatan, Dia beranjang sana ke daerah2 terpencil walaupun itu di luar wilayah kerja dimana waktu itu Dia menduduki jabatan sebagai ketua Otorita Batam, yang aku tahu Dia tidak pernah memandang satu orangpun sebagai musuh. Makanya ketika ia mencalonkan diri menjadi Gubernur Kepulauan Riau, sebagian besar mendukungnya karena bagi mereka saat inilah bisa membalas kebaikan orang yang selama ini membantu mereka.
Itulah investasi. Apakah Anda sudah berinvestasi? Investasi Apa? Kebaikan atau....?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar